( Gambar Citra SAR Pulau Lombok Sebelum Gempa Besar Skala VII Tahun 2018 )
Prinsip Kerja SAR
SAR bekerja dengan mengirimkan pulsa radar ke permukaan bumi dan mengukur waktu pantulan kembali. Dengan menggabungkan data dari beberapa posisi dan waktu, kita dapat menghasilkan citra interferometri yang memungkinkan deteksi deformasi.
Differential Interferometry (DInSAR)
Metode DInSAR memanfaatkan dua citra SAR yang diambil pada waktu berbeda. Perbedaan fase antara kedua citra ini mengungkapkan perubahan jarak antara permukaan tanah dan satelit. Deformasi dapat dihitung dari perubahan fase ini.
Pengolahan Data
Data DInSAR memerlukan pengolahan kompleks, termasuk koreksi atmosfer dan penghapusan efek topografi. Hasilnya adalah peta deformasi dengan resolusi tinggi.
Studi Kasus: Gempa Besar ber-Skala VII di Pulau Lombok Tahun 2018.
Contoh penggunaan Citra SAR adalah studi di Pulau Lombok NTB pada saat terjadi gempa berskala VII pada tahun 2018. Di sini terdapat garis garis frange yang mendeskripsikan adanya deformasi pada sisi utara Pulau Lombok akibat aktivitas tektonik.
Deformasi positif (pengangkatan) menunjukkan aktivitas tektonik. Deformasi negatif (penurunan) bisa terjadi karena penurunan reservoir air bawah tanah atau aktivitas geotermal, maupun subsidensi muka tanah akibat aktifitas tektonik.
Aplikasi Mitigasi Bencana
Informasi deformasi dari SAR dapat membantu mitigasi bencana. Contohnya, pemantauan gunungapi dan pergerakan tanah di wilayah rawan gempa.
Satelit SAR, khususnya melalui metode DInSAR, memberikan wawasan penting tentang deformasi permukaan bumi. Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih baik memahami risiko bencana dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar