Jumat, 28 Februari 2025

Mengapa Rosululloh menganjurkan untuk Melihat Hilal?

Dalam astronomi modern, prediksi hilal (kemunculan bulan sabit pertama yang menandai awal bulan dalam kalender Hijriah) memang sudah sangat akurat berkat perhitungan matematis dan pemodelan orbit Bumi-Bulan yang canggih. Namun, ada beberapa faktor eksternal ekstrem yang secara teoretis dapat mengganggu prediksi tersebut. Mari kita bahas satu per satu pengaruh eksternal tersebut:
1. Tumbukan Meteor Besar pada Bulan
Jika Bulan ditabrak oleh meteor atau asteroid yang sangat besar, dampaknya bisa memengaruhi dinamika orbit Bulan. Kecepatan revolusi Bulan mengelilingi Bumi (sekitar 27,3 hari untuk satu putaran sideris) bergantung pada massa Bulan, massa Bumi, dan jarak di antara keduanya, sesuai dengan hukum gravitasi Newton. Tumbukan besar bisa:
  • Mengubah momentum sudut Bulan: Jika meteor cukup masif dan bertabrakan dengan kecepatan tinggi, ia bisa mempercepat atau memperlambat gerakan orbital Bulan, tergantung arah dan lokasi tumbukan.
  • Mengubah bentuk orbit: Tumbukan ekstrem bisa membuat orbit Bulan menjadi lebih elips atau bahkan menggeser posisi perigee/apogee-nya.
  • Efek praktis pada hilal: Jika periode revolusi Bulan berubah, waktu kemunculan hilal akan bergeser dari prediksi sebelumnya. Misalnya, jika revolusi Bulan melambat, hilal bisa muncul lebih lambat dari yang dihitung.
Namun, untuk efek ini terjadi secara signifikan, meteor tersebut harus sangat besar—mungkin seukuran asteroid yang menyebabkan kawah raksasa di Bulan pada masa lalu (misalnya, kawah South Pole-Aitken). Kejadian seperti ini sangat jarang di era modern karena populasi benda besar di tata surya sudah jauh berkurang.
2. Gempa Kuat yang Mempengaruhi Rotasi Bumi
Gempa bumi memang dapat memengaruhi rotasi Bumi, tetapi efeknya biasanya sangat kecil. Rotasi Bumi (yang menentukan panjang hari, sekitar 24 jam) bisa berubah karena redistribusi massa di dalam Bumi akibat gempa tektonik besar. Contoh nyata:
  • Gempa Sumatra 2004 (magnitudo 9,1): Menurut studi NASA, gempa ini mempercepat rotasi Bumi dan mempersingkat hari sekitar 2,68 mikrodetik (0,00000268 detik). Efek ini terjadi karena pergeseran massa di kerak Bumi mendekati sumbu rotasi, mirip seperti seorang penari es yang menarik tangannya untuk berputar lebih cepat.
  • Efek pada hilal: Perubahan kecil pada rotasi Bumi tidak akan langsung mengganggu orbit Bulan, tetapi bisa memengaruhi waktu relatif saat hilal terlihat dari lokasi tertentu di Bumi. Namun, karena skala perubahannya sangat kecil (mikrodetik), dampaknya pada prediksi hilal praktis tidak signifikan kecuali gempanya benar-benar dahsyat dan berulang-ulang dalam skala global.
3. Tumbukan Meteor Besar pada Bumi
Jika Bumi ditabrak meteor besar, efeknya pada rotasi Bumi bisa jauh lebih dramatis dibandingkan gempa. Seperti halnya Bulan, tumbukan ini akan mengubah momentum sudut Bumi. Beberapa kemungkinan:
  • Perubahan kecepatan rotasi: Tumbukan yang masif (seperti yang diduga membentuk Bulan miliaran tahun lalu) bisa memperlambat atau mempercepat rotasi Bumi, tergantung arah dan energi tumbukan. Misalnya, asteroid Chicxulub (penyebab kepunahan dinosaurus) diperkirakan memperlambat rotasi Bumi sedikit pada masanya.
  • Perubahan sumbu rotasi: Tumbukan besar juga bisa menggoyahkan sumbu rotasi Bumi (precession atau nutation), yang akan memengaruhi posisi relatif pengamat terhadap Bulan.
  • Efek pada hilal: Jika rotasi Bumi melambat (hari menjadi lebih panjang), waktu antara konjungsi (saat Bulan sejajar dengan Matahari) dan kemunculan hilal akan bergeser. Prediksi berbasis rotasi Bumi yang lama akan meleset, dan pengamat mungkin melihat hilal lebih awal atau lebih lambat dari yang diharapkan.
Faktor Lain yang Mungkin Relevan
Selain yang kamu sebutkan, ada faktor eksternal lain yang bisa dipertimbangkan:
  • Gangguan gravitasi dari benda lain: Misalnya, jika ada planet atau benda masif lain yang lelet jalannya mendekati sistem Bumi-Bulan (meski ini sangat tidak mungkin dalam skala waktu manusia).
  • Perubahan atmosfer: Dalam skala kecil, kondisi atmosfer ekstrem (seperti badai besar atau abu vulkanik masif) bisa mengaburkan visibilitas hilal, meskipun ini tidak mengubah orbit atau rotasi, hanya pengamatan.
Kesimpulan
Secara teoretis, tumbukan meteor besar pada Bulan atau Bumi, serta gempa dahsyat, memang bisa mengacaukannya prediksi hilal dengan mengubah parameter orbit Bulan atau rotasi Bumi. Namun, dalam praktiknya:
  • Skala kejadian: Peristiwa sebesar itu sangat jarang terjadi di masa modern dan membutuhkan energi luar biasa untuk mengubah prediksi secara nyata.
  • Adaptasi prediksi: Jika kejadian seperti ini terjadi, astronom dapat menyesuaikan model prediksi dengan data baru pasca-kejadian menggunakan teknologi modern seperti satelit dan simulasi komputer.
Jadi, meskipun hilal bisa diprediksi dengan akurat sekarang, faktor eksternal ekstrem seperti yang kamu sebutkan tetap menjadi pengingat bahwa alam semesta penuh kejutan yang bisa menguji ketepatan ilmu manusia! 🙏🙏🙏

Minggu, 23 Februari 2025

Observasi Lapangan Banjir Prambanan 22 Februari 2025








Banjir terjadi di wilayah Kecamatan Prambanan Klaten pada hari Sabtu, 22 Februari 2025. Banjir ini mengakibatkan banyak rumah warga kemasukan air banjir akibat limpasan sungai di wilayah Prambanan, banjir juga mengakibatkan puluhan areal persawahan rusak diterjang banjir. Jalan Nasional Klaten - Yogyakarta juga terdampak akibat limpasan air dari sungai, tepatnya di Desa Kokosan & Desa Tlogo Kecamatan Prambanan Klaten. Akibatnya terjadi kemacetan selama berjam-jam di ruas jalan nasional akibat kejadian ini.

Hal ini bukan hanya yang pertama kali terjadi, sekira 2 bulan yang lalu banjir juga menerjang jalan naasional di sebelah timur Kecamatan Prambanan. Lebih tepatnya di Area Exit Tol di Kecamatan Jogonalan Klaten.

Berangkat dari 2 kali kejadian ini, kami dari InfoMitigasi melakukan penelusuran terhadap area yang terdampak & mencari penyebab atas 2 kali kejadian banjir tersebut. Ada beberapa poin penting yang kami temukan.

1. Banjir ini terjadi setelah adanya pembangunan jalur Tol yang menghubungkan Solo - Yogyakarta.

2. Curah hujan yang terjadi di wilayah Kecamatan Manisrenggo, Kecamatan Prambanan & Kecamatan Jogonalan relatif tinggi, berkisar pada 75mm & dicapai dalam 3 jam. Namun Ini belum masuk dalam klasifikasi hujan Ekstrim.

3. Dari penelusuran kami di lapangan mendapati bahwa aliran drainase di sisi utara dan sisi selatan jalan Tol tertumpu pada satu sungai. Jadi sungai tidak dapat menampung air yang cukup banyak akibat tidak sesuai kapasitasnya. Sebelum ada jalan tol kebanyakan area tersebut adalah berupa areal persawahan. Ketika terjadi hujan air dialirkan secara merata dan terdesentralisasi ke area yang cukup luas.




Namun setelah adanya jalan tol sungai yang sebetulnya dapat menampung kapasitas air secara normal dari areal persawahan kini tidak dapat menampung air lagi akibat adanya penambahan debit air yang berasal drainase sisi utara dan sisi selatan jalan tol. Padahal curah hujannya belum masuk klasifikasi ekstrim.

Hal seperti ini dimungkinkan dapat dan akan terjadi lagi bila tidak dipikirkan solusi pemecahan akar permasalahan yang terjadi. Sebagai saran untuk Pemkab Klaten maupun Institusi terkait ada baiknya arus aliran sungai dipecah lagi agar tidak tersentralisasi atau bertumpu pada satu titik sungai.

Berikut kami akan sampaikan pula area pertanian yang terdampak dan terganggu akibat banjir yang terjadi.











Semoga kejadian banjir ini dapat menjadikan pembelajaran yang berharga kita semua tentang arti penting penataan dan management sistem pengairan yang baik dan berkelanjutan.
🙏🙏🙏