Jumat, 12 Juli 2024

Situs Liyangan: Jendela Menuju Masa Lalu Mataram Kuno di Temanggung




Terletak di lereng Gunung Sindoro, Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Situs Liyangan menghadirkan jendela untuk menengok kehidupan masyarakat Mataram Kuno. Situs ini merupakan kompleks permukiman kuno yang terbilang lengkap, dengan berbagai peninggalan arkeologi yang menarik untuk ditelusuri.





Penemuan dan Penggalian
Meskipun laporan penemuan artefak di situs ini sudah ada sebelumnya, Situs Liyangan secara resmi diumumkan pada tahun 2008. Penggalian arkeologi dilakukan setelah kegiatan penambangan pasir di lokasi tersebut menemukan struktur bangunan. Sejak saat itu, berbagai penemuan menarik terus terungkap, menguak kehidupan masyarakat Mataram Kuno di masa lampau.

Situs Liyangan menawarkan kekayaan arkeologi yang luar biasa. Di sini, Anda dapat menemukan sisa-sisa bangunan tempat tinggal, candi, struktur jalan, sawah/ladang, dan berbagai artefak seperti gerabah, peralatan batu, dan perhiasan. Salah satu penemuan yang menjadi sorotan adalah sisa-sisa kayu dan bijian serealia (gabah) yang hangus, bukti bahwa masyarakat di sini telah mengenal pertanian padi.
Kompleksitas Peradaban

Situs Liyangan menunjukkan kompleksitas peradaban Mataram Kuno. Tata letak permukiman yang teratur, sistem drainase yang canggih, dan temuan artefak yang beragam menunjukkan bahwa masyarakat di sini memiliki kehidupan yang makmur dan terstruktur. Keberadaan candi di situs ini pun menunjukkan bahwa mereka memiliki sistem kepercayaan yang kuat.
Pentingnya Situs Liyangan
Situs Liyangan memiliki peran penting dalam memahami sejarah Mataram Kuno. Situs ini memberikan informasi berharga tentang kehidupan masyarakat, sistem sosial, ekonomi, dan budaya pada masa itu. Selain itu, Situs Liyangan juga menjadi bukti perkembangan peradaban di Jawa Tengah dan Indonesia secara keseluruhan.

Upaya pelestarian Situs Liyangan terus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Situs ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional, dan berbagai program dilakukan untuk menjaga dan melindungi kelestariannya. Pengunjung dapat mempelajari sejarah dan budaya Mataram Kuno melalui berbagai informasi dan pameran yang tersedia di situs ini.

Teks Rukam yang berasal dari tahun 907 Masehi menyebutkan frasa "hilang dening guntur" (dihilangkan oleh guntur) yang menggambarkan desa bernama Rukam yang hancur akibat erupsi gunung berapi.
Meskipun lokasi pasti Liyangan dan gunung berapi yang menyebabkan kehancurannya belum diketahui, para arkeolog menduga hal itu mungkin terkait dengan Gunung Sumbing yang terletak di dekat Temanggung, Indonesia.
Penemuan prasasti tersebut memunculkan teori bahwa Liyangan terkubur oleh erupsi, mirip dengan nasib kota Romawi Pompeii.


Situs Liyangan memiliki potensi wisata budaya yang besar. Keindahan alam di sekitar situs, serta kekayaan arkeologinya, dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dan mempelajari sejarah Mataram Kuno. Dengan pengelolaan yang baik, Situs Liyangan dapat menjadi salah satu destinasi wisata budaya unggulan di Jawa Tengah.